Ketika Iman dan Akal Bertemu di Hutan Kampar: Dialog UAS dan Rocky Gerung Gaungkan Ibadah Ekologis

Ketika Iman dan Akal Bertemu di Hutan Kampar: Dialog UAS dan Rocky Gerung Gaungkan Ibadah Ekologis

By FN INDONESIA 19 Jun 2025, 13:32:56 WIB Daerah
Ketika Iman dan Akal Bertemu di Hutan Kampar: Dialog UAS dan Rocky Gerung Gaungkan Ibadah Ekologis

Keterangan Gambar : Foto : hms Polda Riau


FN Indonesia Tanjung Belit, Kampar – Di tengah rimbunnya lanskap hijau Kampar yang masih setia menyimpan napas terakhir hutan hujan tropis Sumatra, sebuah peristiwa bermakna terjadi pada Kamis, (19/6/2025.

Desa Tanjung Belit menjadi saksi hadirnya dua pemikiran besar bangsa Ustadz Abdul Somad (UAS) dan filsuf Rocky Gerung—yang bertemu dalam sebuah forum langka: Dialog Lingkungan Hidup dalam rangka Bakti Religi & Peduli Lingkungan yang digelar oleh Polda Riau.


Namun, ini bukan sekadar acara seremonial memperingati Hari Bhayangkara ke-79 atau Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Forum ini menjelma menjadi ruang refleksi kolektif yang menyatukan keimanan, akal sehat, dan panggilan nurani demi kelestarian bumi.

Dalam suasana yang syahdu dan khidmat, ratusan peserta memenuhi lokasi acara yang bersanding langsung dengan alam terbuka. Hadir dalam kesempatan itu Wakapolda Riau Brigjen Pol Jossy Kusumo, Gubernur Riau Abdul Wahid, jajaran Forkopimda Riau dan Kampar, tokoh masyarakat, akademisi, dan masyarakat umum yang datang dari berbagai penjuru daerah.

Acara dimulai dengan orasi pemikiran dari Rocky Gerung, yang mengawali dengan pernyataan mencengangkan namun bernas:

"Subjek hukum lingkungan itu bukan cuma manusia. Bahkan cacing, rumput, burung, dan semut berhak mempertahankan eksistensinya."

Bagi Rocky, kerusakan lingkungan bukan semata krisis ekologi, tetapi cerminan dari keretakan relasi antara manusia dan semesta. Ia menyitir Surat Ar-Rum ayat 41 sebagai bentuk korelasi teologis terhadap degradasi lingkungan, menekankan bahwa alam adalah "teks terbuka" yang harus dibaca ulang dalam bingkai filsafat dan etika keberlanjutan.

Sementara itu, Ustadz Abdul Somad menyambung dengan nada spiritual yang menyejukkan, namun mengandung pesan yang menggugah.

"Kalau kita percaya bahwa pohon-pohon itu bertasbih dan bersujud kepada Allah, kita akan segan untuk menebang mereka sembarangan."

UAS mengajak para hadirin untuk tidak lagi memandang pohon, sungai, atau tanah hanya sebagai objek ekonomi, tapi sebagai makhluk yang hidup, yang sedang menunaikan ibadah kepada Tuhan.

Wakapolda Riau Brigjen Jossy Kusumo dalam sambutannya menegaskan bahwa kelestarian lingkungan kini menjadi bagian dari strategi keamanan nasional jangka panjang.

"Kami menyadari bahwa menjaga bumi hari ini adalah bentuk paling konkret menjaga peradaban esok hari."

Ketika seorang filsuf berkata bahwa burung punya hak hidup, dan seorang ulama menegaskan bahwa pohon sedang bertasbih, maka garis merah pun mulai tampak jelas: lingkungan bukan milik siapa-siapa, tapi titipan untuk generasi mendatang.

Forum ini ditutup dengan pernyataan bersama bahwa melindungi bumi adalah ibadah—bukan semata tindakan sosial, tapi kewajiban spiritual dan intelektual.

"Dan ketika iman, ilmu, dan tindakan bersatu, maka bumi masih punya harapan."

Baca Lainnya :


Desa Tanjung Belit yang pagi itu menjadi ruang perjumpaan lintas akal dan iman, menyisakan harapan baru. Harapan bahwa diskusi seperti ini tak berhenti sebagai wacana, melainkan menjadi gerakan yang menular ke hati-hati yang lain. (***)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment