- Menteri P2MI Tanam Pohon Gaharu di Mapolda Riau, Simbol Perlawanan Terhadap Perdagangan Orang
- Polda Riau Ungkap Sindikat TPPO, Menteri Karding: Kejar dan Adili Otak Penyelundupan
- Lemdiklat Polri Gelar Sosialisasi Penjaringan Minat dan Bakat Beasiswa S2/S3 LPDP di Polda Riau
- Satgas Gakkum Operasi Patuh LK 2025 Jaring 75 Pelanggaran Lalu Lintas dengan ETLE Mobile
- Dukung Ketahanan Pangan, Lapas Pekanbaru Panen Raya Melon Sebanyak 62 Kg
- Hari Ke 3 Operasi Patuh LK 2025, Ditlantas Polda Riau Intensifkan Sosialisasi dan Edukasi Keselamatan Lalu Lintas
- Telah Berkoordinasi Dengan KBRI, Menteri Karding Pastikan Kabar Jepang Tutup Akses Bagi PMI itu Hoaks!
- Pangkas Angka Non-Prosedural, Menteri Karding Gratiskan Bea Masuk Barang Pekerja Migran Kembali ke Indonesia
- Ajak Generasi Muda Tak Takut Jadi Pekerja Migran, Menteri P2MI: Gaji Besar, Ilmu Bertambah
- Menteri P2MI RI Kunjungi Universitas Islam Riau, Dorong Mahasiswa Ambil Peluang Kerja di Luar Negeri Secara Aman
Harimau Sumatera Serang Ternak Warga, BBKSDA Riau Pasang Perangkap di Indragiri Hilir

Keterangan Gambar : Foto : ilustrasi
FN Indonesia Indragiri Hilir – Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dilaporkan menyerang ternak milik warga di Desa Griya Mukti Jaya, Kecamatan Teluk Belengkong, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau.
Peristiwa ini langsung direspons cepat oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dengan menurunkan tim konservasi untuk melakukan mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar dilindungi tersebut.
Sebagai langkah awal penanganan, tim dari BBKSDA Wilayah I Riau telah memasang box trap (perangkap besi) di area yang diduga menjadi lintasan harimau. Lokasi ini dipilih berdasarkan jejak kaki satwa dan laporan masyarakat, terutama di titik kejadian terakhir saat seekor kambing milik warga diserang.
Baca Lainnya :
- Polres Kepulauan Meranti Ungkap Praktik Ilegal Logging di Sungai Dedap, 500 Keping Kayu Diamankan0
- Korlantas Polri Irjen Agus Resmi Mulai Tahap Sosialisasi Wujudkan Indonesia Zero Truk ODOL0
- Bangga! Sapi Bernama Remon Milik Bhabinkamtibmas Seberida Jadi Kurban Presiden Prabowo0
- Polda Riau Gelar Upacara Hari Lahir Pancasila, Bripka Agus Budiadi Terima Penghargaan atas Aksi Heroik0
- Polda Riau Gelar Panen Mandiri Jagung Tahap II, Wujud Nyata Dukung Swasembada Pangan Nasional 20250
“Kami menyusun strategi pemasangan dengan memperhatikan aspek keamanan dan efektivitas. Lokasi box trap dipilih berdasarkan jejak dan laporan warga,” ucap Kepala BBKSDA Riau, Supartono, Senin (1/6/2025).
Untuk menarik perhatian harimau agar mendekati perangkap, tim menggunakan kambing sebagai umpan. Namun karena keterbatasan ukuran perangkap, umpan tidak ditempatkan di dalam box trap, melainkan di dalam sebuah kandang pemancing yang dibangun terpisah namun berdekatan.
“Kami membangun kandang pemancing secara gotong royong bersama warga. Kandang itu terbuat dari kayu bulat dan papan, sebagai alternatif karena box trap hanya cukup untuk satu individu harimau,” jelas Supartono.
Proses mitigasi ini dilakukan dengan pendekatan kolaboratif. Selain melibatkan tim BBKSDA, kegiatan ini juga menggandeng pemerintah desa, Bhabinkamtibmas, serta warga sekitar. Keterlibatan aktif masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran kolektif dalam menjaga keselamatan lingkungan sekaligus melestarikan keberadaan satwa liar yang kini semakin terancam punah.
Sebagai langkah pendukung, tim konservasi juga memasang sejumlah kamera trap (kamera pemantau otomatis) di sekitar lokasi pemasangan perangkap. Kamera ini digunakan untuk memantau pergerakan harimau secara non-invasif, tanpa harus berada langsung di lokasi selama 24 jam.
“Pemasangan kamera sangat penting sebagai alat pemantauan non-invasif. Dengan ini kita bisa tahu apakah HS (Harimau Sumatera) sudah mulai mendekat atau belum,” lanjut Supartono.
Harimau Sumatera merupakan spesies kunci (keystone species) dalam ekosistem hutan dan termasuk satwa prioritas konservasi. Saat ini, populasinya di alam liar diperkirakan tidak lebih dari 600 ekor. Konflik antara manusia dan harimau kerap terjadi akibat fragmentasi habitat serta menyempitnya wilayah jelajah satwa liar akibat deforestasi dan alih fungsi lahan.
Melalui upaya mitigasi seperti ini, BBKSDA Riau berharap dapat menekan angka konflik dan mendorong terciptanya harmoni antara manusia dan alam.
“Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, namun tidak panik. Segera laporkan jika melihat tanda-tanda keberadaan satwa liar agar dapat kami tindaklanjuti dengan langkah yang tepat,” pungkas Supartono. (***)