- Menteri P2MI Tanam Pohon Gaharu di Mapolda Riau, Simbol Perlawanan Terhadap Perdagangan Orang
- Polda Riau Ungkap Sindikat TPPO, Menteri Karding: Kejar dan Adili Otak Penyelundupan
- Lemdiklat Polri Gelar Sosialisasi Penjaringan Minat dan Bakat Beasiswa S2/S3 LPDP di Polda Riau
- Satgas Gakkum Operasi Patuh LK 2025 Jaring 75 Pelanggaran Lalu Lintas dengan ETLE Mobile
- Dukung Ketahanan Pangan, Lapas Pekanbaru Panen Raya Melon Sebanyak 62 Kg
- Hari Ke 3 Operasi Patuh LK 2025, Ditlantas Polda Riau Intensifkan Sosialisasi dan Edukasi Keselamatan Lalu Lintas
- Telah Berkoordinasi Dengan KBRI, Menteri Karding Pastikan Kabar Jepang Tutup Akses Bagi PMI itu Hoaks!
- Pangkas Angka Non-Prosedural, Menteri Karding Gratiskan Bea Masuk Barang Pekerja Migran Kembali ke Indonesia
- Ajak Generasi Muda Tak Takut Jadi Pekerja Migran, Menteri P2MI: Gaji Besar, Ilmu Bertambah
- Menteri P2MI RI Kunjungi Universitas Islam Riau, Dorong Mahasiswa Ambil Peluang Kerja di Luar Negeri Secara Aman
Pelaku Pemalsuan SIM Berbasis Medsos Dibongkar Polresta Pekanbaru, Dua Orang Diciduk

Keterangan Gambar : Foto : Istimewa
FN Indonesia Pekanbaru - Pelaku pemalsuan Surat Izin Mengemudi (SiM) berhasil di ungkap tim Polresta Pekanbaru. Mereka dengan sengaja memasarkan secara ilegal melalui media sosial. Dua pelaku berinisial KR alias Khadri dan RDG alias Rangga ditangkap di wilayah Kelurahan Kedung Sari, Kecamatan Sukajadi, Rabu (30/05/2025).
Pengungkapan kasus ini berawal dari laporan seorang korban yang curiga terhadap keaslian SIM miliknya setelah membeli melalui layanan online di Facebook.
Korban merasa ditipu setelah mengetahui bahwa SIM yang diterimanya tidak terdaftar secara resmi di sistem Korlantas Polri.
"Korban awalnya tertarik dengan iklan jasa pembuatan SIM murah di media sosial, lalu menghubungi akun tersebut dan sepakat membuat SIM C dengan biaya Rp550 ribu," kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Bery Juana Putra, Minggu (15/06/2025).
Setelah pembayaran dilakukan, SIM dikirimkan ke korban hanya dalam waktu satu hari. Namun, korban merasa curiga dengan fisik SIM yang diterimanya, terutama pada bagian barcode.
Kecurigaan itu mendorong korban untuk memverifikasi keaslian dokumen tersebut.
"Setelah dicek, ternyata barcode pada SIM tersebut tidak terdaftar di aplikasi resmi Korlantas. Dari situlah korban melaporkan kejadian ini kepada kami," ungkap Kompol Bery.
Menindaklanjuti laporan tersebut, tim penyidik melakukan penyelidikan selama hampir dua bulan hingga akhirnya kedua tersangka berhasil diringkus tanpa perlawanan.
"Kedua pelaku mengakui perbuatannya saat diperiksa. Saat ini kami masih mendalami kemungkinan adanya korban lain dan jaringan pemalsuan yang lebih luas," tambah Kompol Bery.